Tuesday, May 17, 2011

proposal skripsi pgsd


Proposal Skripsi

A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut akan lebih baik manakala dipelajari sejak dini dan berkesinambungan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa disertakan dalam kurikulum. Hal ini berarti setiap peserta didik dituntut untuk mampu menguasai bahasa yang mereka pelajari terutama bahasa resmi yang dipakai oleh negara yang ditempati peserta didik. Begitu pula di Indonesia, bahasa Indonesia menjadi materi pembelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal itu dilakukan supaya peserta didik mampu menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mampu menerapkannya dalam kehidupan masyarakat.
Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan kemampuan yang menuntut adanya kegiatan encoding yaitu kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui tulisan. Kegiatan berbahasa yang produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan oleh pihak penutur, dalam hal ini penulis.
Sebenarnya kegiatan produktif terdiri dari dua macam yaitu berbicara dan menulis. Meskipun sama-sama merupakan kegiatan produktif, kegiatan tersebut mempunyai perbedaan yang utama, yaitu pada media dan sarana yang digunakan. Berbicara menggunakan sarana lisan, sedangkan menulis menggunakan sarana tulisan. Di samping itu, berbicara merupakan aktivitas memberi dan menerima bahasa, yaitu menyampaikan gagasan pada lawan bicara pada waktu yang bersamaan menerima gagasan yang disampaikan lawan bicara. Jadi dalam berbicara terjadi komunikasi timbal-balik, hal yang tidak dapat ditemui dalam menulis. Sementara itu, menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan yang tidak dapat secara langsung diterima dan direaksi oleh pihak yang dituju.
Aktivitas menulis merupakan salah satu manisfestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah mendengarkan, membaca, dan berbicara (Nurgiyantoro, 2001: 296). Dalam buku yang sama juga dijelaskan apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai aspek lain di luar bahasa, untuk menghasilkan paragraf atau wacana yang runtut dan padu.
Nurgiantoro (2001: 273) mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiantoro sangat sederhana, menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca.
Kegiatan menulis, khususnya menulis deskripsi dalam dunia persekolahan termasuk dalam aktivitas pembelajaran yang memprihatinkan. Pada jenjang SD/MI kegiatan tersebut diwujudkan dengan standar kompetensi yang berbunyi: Menuangkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (narasi, deskripsi, eksposisi). Adapun kompetensi dasar berbunyi: Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskripsi Selama ini pembelajaran menulis deskripsi dilakukan secara konvensional. Dalam arti siswa diberi sebuah teori menulis deskripsi kemudian siswa melihat contoh dan akhirnya siswa ditugasi untuk membuat paragraf atau wacana deskripsi baik secara langsung atau dengan jalan melanjutkan tulisan yang ada.
Kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya fakta bahwa media atau sumber belajar yang variatif tidak dimunculkan oleh guru. Sumber belajar di luar guru yang dapat dimanfaatkan oleh siswa yaitu buku teks dan LKS bahasa Indonesia. Oleh karena itu, suasana belajar mengajar tentang keterampilan menulis menjadi membosankan dan siswa merasa jenuh mengikuti proses pembelajaran tersebut. Selain itu siswa belum mampu mengidentifikasikan sebuah peristiwa atau pun gambaran yang ada dalam pikiran masing-masing untuk dirangkai ke dalam bentuk tulisan atau dalam kata lain siswa kurang dapat menggali ide dan gagasan. Padahal guru sudah menentukan tema tulisan secara jelas.
Fenomena yang saat ini terjadi dalam pembelajaran menulis di sekolah, khususnya di sekolah dasar berdasarkan hasil survei yang telah dilaksanakan menunjukkan rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis siswa kelas X-1. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti rendahnya keterampilan menulis siswa, khususnya menulis deskripsi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya (1) adanya minat dan motivasi siswa yang masih
rendah, (2) kurangnya pembiasaan terhadap tradisi menulis menyebabkan siswa menjadi terbebani apabila mendapatkan tugas untuk menulis, (3) sebagian siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menuangkan ide dan gagasannya, (4) siswa belum mampu dalam menuangkan ide/gagasan dengan baik, (5) siswa kurang bisa mengembangkan bahasa, (6) hasil tulisan siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Melihat kondisi demikian, akhirnya peneliti berusaha memberikan solusi alternatif dalam pembelajaran menulis supaya segala permasalahan serta kendala yang terdapat pada siswa maupun guru dapat teratasi. Akhirnya setelah adanya diskusi antara pihak peneliti dan guru bahasa Indonesia setempat penelitian tentang permasalah dalam menulis deskripsi perlu dilakukan. Penggunaan metode yang tepat agar dapat memperbaiki dan meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis. Selain itu cara mengajar guru harus menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi secara kreatif. Merujuk pada segala permasalahan di atas, guru bersama peneliti menbuat berbagai solusi dalam pembelajaran menulis salah satunya pada penggunaan metode.
Penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis dengan menggunakan metode field trip dilakukan karena melihat kondisi siswa dalam menerima materi menulis belum sesuai dengan harapan. Selain itu, peneliti beranggapan metode pengajaran dan pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan metode ceramah dan media contoh-contoh belum mengalami perubahan terhadap hasil pekerjaan siswa dalam menulis. Masalah lain yang muncul siswa akan berpersepsi negativ terhadap materi menulis, karena metode dan media yang digunakan terkesan membosankan dan membingungkan.
Field trip merupakan pesiar (ekskursi) yang digunakan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah (Sagala, 2006: 214). Dengan field trip sebagai metode belajar mengajar anak didik dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Hal ini sangat sesuai untuk meningkatkan pembelajaran menulis deskripsi karena dengan mendekatkan objek belajar dengan siswa akan lebih memudahkan siswa untuk menuangkan ide- ide ke dalam tulisan.
Adapun menurut Roestriyah (2001: 85) tujuan teknik ini adalah dengan melaksanakan field trip diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanggung jawab. Mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran. Selain itu dengan metode ini akan membuat siswa lebih nyaman dan senang ketika pembelajaran berlangsung dan dapat melatih siswa untuk menggunakan waktu secara efektif.
Berdasarkan diskusi antara peneliti dan guru bahasa Indonesia metode field trip digunakan sebagai salah satu sarana dalam memilih judul sebagai bahan untuk penelitian “Penerapan Metode Field Trip Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Pada Siswa Kelas X-1 Di SMA Negeri 1Ngemplak Kabupaten Boyolali”.



B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Apakah penerapan metode field trip dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Ngemplak?
2.      Apakah penerapan metode field trip dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Ngemplak?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.      Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Ngemplak melalui penerapan metode field trip.
2.      Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Ngemplak melalui penerapan metode field trip.

D. Manfaat Penelitian
1.  Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai:
a.       Bahan kajian dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis deskripsi.
b.      Memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan mengenai pembelajaran menulis deskripsi.

2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1.      Memberi kemudahan bagi siswa dalam mene mukan ide tulisan.
2.      Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
3.      Meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa.
b. Bagi guru
1.      Mengatasi kesulitan pembelajaran menulis deskripsi yang dialami guru.
2.      Menjadi acuan bagi guru untuk membuat pembelajaran menulis
3.      deskripsi lebih kreatif dan inovatif.
c. Bagi peneliti
1.      Mengaplikasikan teori yang diperoleh.
2.      Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian yang terkait dengan pembelajaran menulis.


E. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya atau para ahli. Dengan adanya tinjauan pustaka ini penelitian seseorang dapat diketahui aslinya. Tinjauan pustaka akan dikaji melalui telaah pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini.
Titin Rahmawati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Dengan Metode Berkunjung ke Lingkungan Sekitar (Field trip) Pada Siswa Kelas V SD Negeri I Kulurejo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2007/2008”. Hasil penelitiannya antara lain:
a.    penerapan metode berkunjung ke lingkungan sekitar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis,
b.    penerapan metode berkunjung ke lingkungan sekitar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
Penelitian yang berkaitan dengan menulis deskripsi juga dilakukan oleh Laely Etika Rahmawati (2007) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Berbahasa Terhadap Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri I Gemolong dan SMA Negeri I Sragen Tahun Ajaran 2007/2008 (Studi Eksperimen)”. Hasil penelitiannya antara lain:
1.      Penerapan pendekatan komunikatif lebih baik daripada pendekatan konvensional dalam meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa.
2.      Semakin tinggi kemampuan penalaran siswa kemampuan menulis deskripsinya semakin baik. terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan penalaran berbahasa terhadap kemampuan menulis deskripsi siswa.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Khusnul Latifah (2007) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Dengan Media Gambar Pada Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta”. Hasil penelitiannya me nyatakan bahwa terdapat peningkatan pembelajaran keterampilan menulis pada siswa kelas X.7 SMA Negeri 5, Surakarta dengan menerapkan media gambar. Hal ini terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut:
1)      proses belajar-mengajar berlangsung menjadi kegiatan dua arah (guru dan siswa saling mengisi dalam proses belajar-mengajar di kelas.
2)      guru memberikan stimulus (peringatan) siswa merespon tersebut, selama proses belajar-mengajar berlangsung siswa menjadi aktif bertanya dan memperhatikan pembelajaran.
3)      hasil menulis siswa meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Wati Istanti (2007) dengan judul “Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Pada Siswa Kelas XIII Program Bahasa (PTK di SMA Negeri 3 Sukoharjo)”. Hasil penelitian menyatakan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) menulis ilmiah pada siswa kelas XII progam bahasa di SMA Negeri 3 Sukoharjo. Peningkatan kualitas proses pembelajaran tersebut terjadi setelah guru melakukan upaya, diantaranya yaitu:
1.      Penjelasan guru dengan lebih ditekankan pada kualitas pemahaman siswa bukan pada kuantitas materinya.
2.      pemberian model atau contoh sebagai acuan siswa dalam pengembangan gagasannya untuk menulis ilmiah.
3.      memberikan Feedback atau umpan balik terhadap tugas yang telah dikerjakan siswa.
4.      memberikan pendekatan keterampilan proses dengan memberi sanksi berupa pengurangan nilai sebesar 0,5 bagi siswa agar memiliki rasa percaya diri.

B. Landasan Teori
1. Pengertian dan Tujuan Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Menulis bukanlah hal yang sulit namun tidak juga dikatakan mudah. Menulis dikatakan bukan hal yang sulit bila menulis hanya diartikan sebagai aktivitas mengungkapkan gagasan melalui lambang-lambang grafis tanpa memperhatikan unsur penulisan dan unsur di luar penulisan seperti pembaca.
Sementara itu, sebagian besar orang berpendapat bahwa menulis bukan hal yang mudah sebab diperlukan banyak bekal bagi seseorang untuk keterampilan menulis. Nurgiantoro (2001: 273) mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiantoro sangat sederhana, menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca. Pendapat senada disampaikan oleh Semi (1993: 47) menyatakan menulis sebagai tindakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang atau grafem.
Berbeda dari kedua pakar di atas, Gie (2002: 3) berpendapat bahwamenulis diistilahkan mengarang yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Dengan mencermati pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis tidak hanya mengungkapkan gagasan melalui media bahasa tulis saja tetapi juga meramu tulisan tersebut agar dapat dipahami oleh pembaca.
Pendapat senada disampaikan oleh Tarigan (1983: 21) yang menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik yang sama, lambang-lambang grafik yang dimaksud oleh Tarigan adalah tulisan atau tulisan yang disertai gambar-gambar dan simbol-simbol.
Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa setidaknya ada tiga hal yang ada dalam aktivitas menulis yaitu adanya ide atau gagasan yang melandasi seseorang untuk menulis, adanya media berupa bahasa tulis, dan adanya tujuan menjadikan pembaca memahami pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis. Susiamiharja (1997: 10) secara lebih terang menyatakan bahwa tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan.

2. Jenis-Jenis Tulisan
Menurut Semi (1993: 5) terdapat empat bentuk pengembangan tulisan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Sementara itu, Keraf (1981: 6-7) membagi karangan atau wacana menjadi lima jenis berdasarkan tujuan umum yang tersirat dibalik wacana tersebut, yaitu eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.
a. Narasi
Menurut Semi (1993: 32) narasi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarah sesuatu berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah (Parera, 1993: 5). Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaman yang direka-reka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja yang berbentuk fakta contohnya biografi, autobiografi, kisah-kisah sejati. Sedangkan yang berbentuk fiksi antara lain novel, cerpen, cerbung (Murahimin, 1999: 97).
b. Deskripsi
Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi memberikan suatu gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian dan masalah. Untuk menulis suatu deskripsi yang baik seseorang pengarang harus dekat kepada objek dan masalah dengan semua pancaindera (Parera, 1993: 5).
c. Eksposisi
Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu (Semi, 1993: 36). Dalam hal wacana eksposisi, yang dipaparkan itu adalah buah pikiran atau ide, perasaan atau pendapat penulisnya untuk diketahui orang lain. Oleh karena itu, terlebih dahulu haruslah ada suatu hal, suatu buah pikiran, atau suatu isi hati, atau suatu pendapat yang akan kita ungkapkan
d. Argumentasi
Argumentasi merupakan satu bentuk karangan eksposisi yang khusus. Pengarang argumentasi berusaha untuk meyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apa yang dikatakan, dalam hal ini selalu membutuhkan pembuktian dengan objektif dan menyakinkan. Pengarang dapat mengajukan argumennya berdasarkan 1) contoh-contoh, 2) analogi, 3) akibat ke sebab, 4) sebab akibat dan 5) pola-pola deduktif (Parera, 1993: 6).
e. Persuasi
Persuasi merupakan bentuk tulisan ynag menyimpang dari argumentasi. Hal ini disebabkan dalam persuasi terdapat usaha untuk membujuk dan menyakinkan pembaca didasarkan pada kelogisan pembuktian fakta-fakta yang disajikan.

3. Hakikat Deskripsi
Deskripsi berasal dari kata decription yang berarti uraian atau lukisan. Arti deskripsi menurut Keraf (1981: 93) merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertahan dengan usaha para penulis untuk memberikan perincianperincian dan objek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata Latin describera yang berarti menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal, sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sumarlam (2003: 210) wacana deskripsi pada dasarnya berupa rangkaian tuturan yang memaparkan atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainya pengalaman yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pembaca atau pendengar merasa seolah-olah ia mengalami atau mengetahuinya secara langsung.
Sedangkan dalam Menulis Efektif deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar.
Bagaimana mereka ikut melihat atau mendengar merasakan atau mengalami sendiri secara langsung objek tersebut (Semi, 1993: 42). Interpretasi penulis dalam wacana deskripsi sangat kuat pengaruhnya. Kemunculan wacana deskripsi hampir selalu menjadi bagian dari wacana yang lain. Objek yang dipaparkan dalam wacana deskripsi misalnya tetang sketsa pemandangan, perwatakan, suasana ruang dll.
Semi (1993: 42) menyatakan beberapa ciri tanda penulisan atau karangan deskripsi yaitu:
a.         Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek.
b.        Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas.
c.         Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata (diksi) yang menggugah.
d.        Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya benda, alam, warna, dan manusia.
e.         Organisasi penyampaian lebih banyak menggunakan susunan paparan terhadap suatu detail.
Menurut Keraf (1981: 132-169) wacana dalam bentuk deskripsi dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Deskripsi tempat
Deskripsi tempat berdasarkan pada tiga hal yaitu suasana hati, bagian yang relevan, dan urutan kejadiannya. Dalam kaitannya dengan suasana hati yang manakah yang paling menonjol untuk dijadikan landasan. Berkaitan dengan bagian yang relevan penulis deskripsi juga harus mampu memilih detail-detail yang relevan untuk mendapatkan gambaran tentang suasana hati.
Sedangkan berkaitan dengan urutan penyampaian, pengarang dituntut pula mampu menetapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan detail yang dipilih. Mungkin seorang penulis mengurutkan dari bagian yang tidak penting ke bagian yang penting atau sebaliknya.
b. Deskripsi orang atau tokoh
Untuk mendeskripsikan seorang tokoh dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti:
1.             Menggambarkan fisik yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh.
2.             Menggambarkan tindak tanduk seseorang tokoh. Dalam hal ini pengarang mengikuti dengan cermat semua tindak tanduk perbuatan, gerak-gerik sang tokoh. Dari satu tempat ke tempat lain atau dari waktu ke waktu lain.
3.             Menggambarkan keadaan tokoh yang mengelilingi sang tokoh misalnya menggambarkan tentang pakaian, tempat kediaman, kendaraan dsb.
1.             Menggambarkan perasaan dan pikiran tokoh. Hal ini tidak dapat diserap oleh pancaindera manusia. Namun diantara perasaan dan unsur fisik merupakan hubungan yang sangat erat. Pancaran wajah, gerak bibir, pandangan mata dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang pada waktu itu.
4.             Menggambarkan watak seseorang. Aspek perwatakan inilah yang paling sulit dideskripsikan.
Tidak jauh berbeda dengan Keraf, Parera (1993: 10) membagi deskripsi secara garis besar menjadi dua yaitu deskripsi eksposition dan deskripsi impresionistik.
1. Deskripsi eksposition
Deskripsi ini pada umumnya bersifat logis, ia disusun seperti satu katalog dalam urutan yang logis, umpamanya orang mendeskripsikan satu gedung tinggi mulai dari bawah ke atas atau dari kiri ke kanan. Pilihan detail-detail untuk menunjukkan ketelitian penginderaan pengarang. Tujuan deskripsi ini ialah memberikan informasi dan menimbulkan pembaca melihat, mendengar, merasakan apa yang dideskripsikan itu.
2. Deskripsi impresionistik
Tujuan deskripsi ini adalah membuat pembaca memancainderakan dan membuat ia bereaksi secara emosional akan apa yang dideskripsikan. Dalam deskripsi ini pengarang ingin mendapatkan jawaban atau reaksi pembaca, maka pertama pengarang harus menentukan dahulu jawaban atau reaksi apa yang ia kehendaki. Akan tetapi ia tidak mempunyai pola untuk mendeskripsikannya dalam urutan logis.
Untuk mendapatkan tulisan deskripsi yang baik ada tiga pendekatan yang harus dilakukan oleh penulis yaitu:
1. Pendekatan yang realistis
Dalam pendekatan yang realistis penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya terhadap objek yang tengah diamati itu harus dapat dilukiskan seobjektif-objektifnya.
2. Pendekatan yang impresionistik
Pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif. Apa yang dimaksud dengan subjektif sama sekali tidak berarti bahwa pengarang itu membuat seenaknya terhadap detail-detail yang dapat dilihatnya.
3. Pendekatan menurut sikap penulis
Bagaimana sikap penulis terhadap objek yang dideskripsikan itu. Penulis dapat mengambil salah satu sikap berikut; masa bodoh, sungguh-sungguh dan cermat, mengambil sikap seenaknya, atau mengambil sikap bertindak ironis.





















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Istanti, Wati. 2007. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Pada Siswa Kelas XII Progam Bahasa (PTK di SMA N 3 Sukoharjo). Skipsi: UNS
Keraf, Gorys. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta: Nusa Indah
Latifah, Khusnul. 2007. Peningkatan Keterampilan Menulis Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas X SMA N 5 Surakarta. Skripsi: UNS
Marahimin, Ismail. 1999. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE
Parera, Jos Daniel. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga
Rahmawati, Laili Etika. 2007. Pengaruh Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Berbahasa Terhadap Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA N I Gemolong dan SMA N I Sragen. Tesis: Program Pascasarjana
Rahmawati, Titin. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Dengan Metode berkunjung ke Lingkungan Sekitar (Fiedl Trip) Pada Siswa Kelas V SD Negeri I Kulurejo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun ajaran 2007/2008. Skripsi: UNS
Roesiyah. dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet
Semi, M. Atar. 1993. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya
Subyakto, Sri Utami dan Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia
Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra
Sutiamiharja, Agus. dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Dirjen Dikti Dekdikbud
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
The Liong Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi 

No comments:

Post a Comment