Thursday, June 9, 2011

Education


PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA
 DAN SOLUSI PEMECAHANNYA

PENDAHULUAN
Salah satu prasarat untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera adalah lebih di tentukan oleh sejauh mana kuwalitas sumber daya masyarakatnya. Kwalitas suatu bangsa sangat di tentukan oleh peran serta mutu pendidikan yang di pergunakan oleh bangsa tersebut. Masyarakat yang berperadaban adalah masyarakat yang berpendidikan. Dalam hal ini Muhammad Naquib al-Attas dalam konsep pendidikan Islam mengatakan, menurutnya pendidikan islam itu lebih tepat diistilahkan dengan ta’dib di bandingkan dengan istilah tarbiyah atau ta’lim, sebab dengan konsep ta’dib , pendidikan akan memberikan adabatau kebudayaan.[1] Gambaran serupa juga di kemukakan oleh seorang pendidik besar Perancis yang hidup pada sekitar abad ke-19dalam sebuah buku yang terkenal “Aqeuitient Superiorite de Anglo Saxons” (Superiornya bangsa Inggris) yang terbit tahun 1897, dalam salah satu bab terpentingnya berjudul “New Education” menyatakan: Kalau kita hendak menyimpulkan jawaban tentang persoalan masyarakat dalam suatu patah kata, maka kata itu ialah “Pendidikan”.[2] Dan sesungguhnya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat adalah bertujuan supaya membiasakan diri untuk mengantisipasi setiap peristiwa baru di dunia ini, agar manusia mampu berjuang dengan tenaganya sendiri.Menyadari beratnya tantangan perkembangan zaman ke depan ,  sistem pendidikan yang ada sekarang ini haruslah mampu menyesuaiakan diri dengan koindisi riil  dan mampu menjawab berbagai problematika yang ada di dalamnya. Problematika kehidupan yang semakin berat inilah yang menjadi beban utama pendidikan saat ini. Melalui penulisan makalah singkat ini, penulis ingin  mengungkap tentang problematika pendidikan di maksud  sekaligus mencoba mencari solusi pemecahannya.

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal, masalah atau teka-teki. Juga berarti problematic , yaitu ketidak tentuan.[3]
Tentang pendidikan banyak definisi yang berbagai macam, namun secara umum ada yang mendefinisikan bahwa ; pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan mereka berkembang.[4] Definisi pendidikan secara lebih khusus sebagaimana di kemukakan oleh Ali Saifullah,  bahwa pendidikan ialah suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang individu di bantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya.[5]Sehingga dapat di simpulkan disini bahwa pendidikan adalah, suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya kemampuan , baik yang berhubungan dengan pengalaman kognitif ( daya pengetahuan), affektif ( aspek sikap) maupun psikomotorik ( aspek ketrampilan) yang dimiliki oleh  seorang individu.
Adapun yang dimaksud dengan problematika pendidikan adalah, persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan. Persoalan-persoalan pendidikan tersebut menurut Burlian Somad secara garis besar meliputi hal sebagai berikut : Adanya ketidak jelasan tujuan pendidikan, ketidak serasian kurikulum, ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan cakap, adanya pengukuran yang salah ukur serta terjadi kekaburan terhadap landasan tingkat-tingkat pendidikan.[6]
1.      Ketidak Jelasan Tujuan Pendidikan
Dalam undang-undang nomor 4 tahun l950, telah di sebutkan secara jelas tentang tujuan pendidikan dan pengajaran yang pada intinya, ialah untuk membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air berdasarkan pancasila dan kebudayaan kebangsaan Indonesia dan seterusnya….[7] Namun dalam kenyataan yang terjadi terhadap tujuan pendidikan yang begitu ideal tersebut belum mampu menghasilakn  manusia-manusia sebagaimana yang dimaksud dalam tumpukan kata-kata dalam rumusan tujuan pendidikan  yang ada, bahkan terjadi sebaliknya , yakni terjadi kemerosotan moral, kehidupan yang kurang demokratis, terjadi kekacauan akibat konflik di masyarakat dan lain lain, hal ini merupakan suatu indikasi bahwa tujuan pendidikan selama ini belum dikatakan berhasil, mungkin disebabkan adanya ketidak jelasan atau kekaburan dalam memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya.
2.      Ketidak Serasian Kurikulum
Kebanyakan kurikulum yang dipergunakan di sekolah-sekolah masih berisi tentang mata pelajaran-mata pelajaran yang beraneka ragam , sejumlah jam-jam pelajaran dan nama-nama buku pegangan untuk setiap mata pelajaran.
Sehingga pengajaran yang berlangsung kebanyakan menanamkan teori-teori pengetahuan melulu, akibatnya para lulusan yang di hasilkan kurang siap pakai bahkan miskin ketrampilan  dan tidak mempunyai kemampuan untuk berproduktifitas di tengah-tengah masyarakatnya, karena muatan kurikulum yang di terima di sekolah-sekolah memang tidak di persiapkan untuk menjadikan lulusan dari peserta didik untuk dapat mandiri dimasyarakatnya.
3.      Ketiadaan Tenaga Pendidik Yang Tepat dan Cakap.
Masih banyak di jumpainya suatu slogan yang berbunyi “tak ada rotan akarpun jadi” , menunjukkan suatu gambaran betapa rendahnya kualitas tenaga kependidikan yang ada, karena harus di pegang oleh tenaga-tenaga pendidikan yang bukan dari ahlinya. Pada hal menugaskan dan mendudukkan seseorang sebagai pendidik yang tidak di bina atau dibekalinya ilmu kependidikan dan yang bukan dalam bidangnya, sangatlah menimbulkan kerugian yang sangat besar, diantaranya terjadinya pemborosan biaya, terjadinya pemerosotan mutu hasil pendidikan, lebih jauh lagi akan mempersiapkan warga masyarakat di masa mendatang dengan pribadi-pribadi yang  memiliki kualitas rendah sehingga tak mampu bersaing dalam kehidupan yang serba problematis.
4.      Adanya Pengukuran Yang Salah Ukur.
Dalam masalah pengukuran terhadap hasil belajar yang sering di sebut dengan istilah ujian atau evaluasi, ternyata dalam prakteknya terjadi ketidak serasian antara angka-angka yang di berikan kepada anak didik sering tidak obyektif , di mana pencantuman angka-angka nilai yang begitu tinggi sama sekali tidak sepadan dengan mutu riil pemegang angka-angka nilai itu. Ketika mereka di terjunkan ke masyarakat, tidak mampu berbuat apa-apa yang setaraf dengan tingkat pendidikannya. Jelasnya tanpa adanya pengukuran yang obyektif dapat di pastikan tidak akan pernah terwujud tujuan pendidikan yang sebenarnya.
5.      Adanya Kekaburan Landasan Tingkat-Tingkat Pendidikan.
Selama bertahun-tahun nampaknya tidak ada yang meninjau kembali tentang penjenjangan tingkat pendidikan , mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat perguruan tinggi.Apakah hasil penjenjangan selama ini di dasarkan atas tingkat perkembangan pisik dan psikis anak didik ataukah sekedar terjemahan saja dari tingkat-tingkat pendidikan yang dipakai umum di seluruh dunia, kalau itu masalahnya , kondisi anak didik kita jelas jauh berbeda dengan kondisi negara – negara lain didunia , sehingga mustahil apabila harus diadakan persamaan. Ataukah di dasarkan atas hasil penelitian empiris, apakah benar bahwa untuk menjadi seorang yang bercorak diri bernilai tinggi itu cukup memerlukan pembinaan selama masa waktu 17 / 24 tahun. Inilah permasalahan-permasalahan di sekitar pendidikan kita yang selama ini belum diketemukan jawabannya.

SOLUSI PEMECAHAN TERHADAP PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
Dalam menghadapi masalah ketidak jelasan tujuan pendidikan selama ini, perlu segera di rumuskan secara jelas variabel-variabel yang harus dicapai untuk masing-masing jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dalam arti penerapan hasil secara realistis yang dapat di rasakan dampaknya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak dalam wacana pencapaian tujuan secara idialistis.
Untuk mengatasi ketidak serasian kurikulum , perlu di hilangkan kesan adanya pengindentikan sekolah hanyalah menanamkan teori-teori ilmu melulu, perlu menghilangkan kesan bahwa pendidikan itu identik dengan pengajaran, perlu meminimalisir kekeliruan langkah dalam pembuatan kurikulum yang kurang berorientasi terhadap kondisi riil pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Demikian pula dalam mengatasi ketiadaan tenaga pendidik yang berkualitas dan yang profesional, perlu merekrut sebanyak-banyaknya tenaga – tenaga dari lulusan lembaga pendidikan dengan keharusan memiliki kecakapan menguasahi ilmu-ilmu yang di perlukan bagi pembuatan standard kualitas minimal, tenaga yang menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan menejement pendidikanyang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih maju.
Syarat lainnya yang harus ada pada diri pendidik minimal, memiliki kedewasaan berfikir, kewibawaan, kekuatan kepribadian, memiliki kedudukan sosial-ekonomi yang cukup, kekompakan sesama pendidik dalam satu team. Dan lain sebagainya.
Pengukuran dalam bidang pendidikan sangat menetukan  berkualitas atau tidaknya individu peserta didik, hal itu tergantung bagaimana alat ukur yang di pergunakan. Dalam kenyataannya masih banyak alat ukur yang di buat secara sembarangan tanpa melalui proses standardisasi, sehingga alat ukur tersebut tidak bisa diandalkan , karena tidak valid dan tidak reliabel.Oleh sebab itu perlu membuat alat ukur  yang valid dan reliabel , disertai dengan pemberian nilai-nilai angka seobyektif mungkin tanpa terpengaruh oleh subyektifitas dan rekayasa, hanya dengan cara pengukuran seperti inilah yang dapat menjamin mutu hasil pendidikan yang diharapkan.
Pada akhirnya , untuk mencari solusi terhadap penjenjangan pendidikan , haruslah di dasarkan pada apa saja yang harus di bentukkan pada anak didik , perlu melakukan perhitungan secara seksana dengan melakukan experimen yang matang untuk menemukan fakta-fakta kebenaran baru dalam rangka meninjau kembali penjenjangan tingkat pendidikan yang selama ini di pedomani.

KESIMPULAN
Dari sekian banyak uraian yang telah penulis tuangkan melalui isi makalah ini, dapatlah penulis simpulkan , hal-hal sebagai bertikut : Sesungguhnya problematika pendidikan yang ada sekarang ini lebih terletak pada ketidak jelasan tujuan yang hendak di capai, ketidak serasian kurikulum terhadap kebutuhan masyarakat, kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional, terjadinya salah pengukuran terhadap hasil pendidikan serta masih belum jelasnya landasan yang di pergunakan untuk menetapkan jenjang-jenjang tingkat pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga keperguruan tinggi.
Solusi yang penulis tawarkan dalam mencari pemecahan masalah , adalah perlunya meninjau dan merumuskan kembali secara realistis terhadap problematika yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan kita selama ini.

[1] Lihat Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Suatu Rangka pikirPembinaan Filsafat Pendidikan Islam; Terjemahan Haidar Bagir, cet. Ke-4 ( Bandung:Mizan,l992),h.7.
[2] Lihat Zainal Abidin Ahmad, Memperkembang dan Mempertahankan Pendidikan Islam di Indonesia, cet.ke-1 (Jakarta:PT.Bulan Bintang, 1970 ),h.15.
Hasta,1980),h.159.
[4] Lihat Siti Meichati, Pengantar Ilmu Pendidikan (cet.ke-11;Yogyakarta: Penerbit FIP-IKIP,1980),6.
[5] Lihat Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan (Surabaya-Indonesia:Usaha Nasional, tt.),h. 135.
[6] Lihat S.Wojowasito-W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia ( cet.ke-3; Bandung:Penerbit [6] Lihat Burlian Somad, Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam (Cet.ke-2; Bandung:Pt.Al-ma’arif,1978),h.101-105.
[7] Lihat Siti Meichati, Op.Cit.h.11.

Wednesday, June 8, 2011

contoh summary or portfolio UAS B, Indonesia 2011


Present Tense

1.      Simple Present Tense
Simple present tense adalah bagian dari tenses Present Tense. Tenses ini digunakan untuk menyatakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan atau peristiwa yang sering dilakukan. Selian itu juga, simple present tense juga digunakan untuk menyatakan sesuatu hal yang sudah diketahui oleh banyak orang atau sudah umum.
Secara perumusan kalimat. Bentuk tenses ini biasanya menggunakan penggunan huruf S/ES pada kata kerja (verb) untuk subjek orang ketiga tunggal (She, He, It).
Bentuk Tenses/pola kalimat:

(+)  s + v 1 + s/es + o + adverb
She makes a cake every weekend
(-)   s + do/does not + v1 + o + adverb
She does not go to school
(?) do/does + s + v1 + o + adverb
Does she go to school?

Penggunaan S dan ES:
a.       S/Es digunakan untuk orang ketiga tunggal (he, she, it).
b.    S digunakan untuk kata kerja (verb) yang berakhiran konsonan, misalnya makes, drinks, runs, eats dan sebagainya.
c.      ES digunakan untuk kata kerja yang berakhiran vocal, juga digunakan pada huruf yang berakhiran ch, o, sh, ss, x dan y yang didahului dengan konsonan.

Contoh:
I/ You / We / They
He, She, it
Catch
Catches
Miss
Misses
Go
Goes
Watch
Watches
Wash
Washes





Fungsi simple present tense:
1.      Digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang atau kebiasaan, sering kali menggunakan kata keterangan seperti always, often, usually, seldom, sometimes.
      Example : We are not usually busy on Sunday morning.
2.      Digunakan untuk menyatakan kebenaran yang sedah umum.
      Example : The sun rises in the east  and sets in the west
3.      Digunakan untuk menunjukan kecapan, kemampuan, watak atau sifat yang dimiliki seseorang.
      Example : Nana speak  English fluently.
4.      Digunakan untuk mengutip sebuah berita, pengumuman, surat, buku atau surat kabar. Biasanya memakai kata kerja say, advise, warn.
      Example : In her letter she says “my brother studies everyday”.
5.      Di gunakan untuk menyatakan suatu perbuatan yang direncanakan akan segera dilakukan dalam waktu dekat.
      Example : The meeting begins at 09 o’clock.
6.      Digunakan pada headline (judul berita utama) dalam surat-surat kabar maupun majalah.
      Example : ZARIMA ESCAPES FROM PRISON.
7.      Digunakan dalam narasi drama untuk menggambarkan jalannya urutan cerita juga digunakan oleh komentator radio atau televisi dalam acara atau peristiwa olah raga.
      Example : Kurniawan takes the ball from ruhiyat. He brings the ball to the middle and then gives it to ronaldo who is standing free not far from the fenalty area.
8.      Digunakan untuk menggantikan present continous tense pada beberapa kata kerja yang tidak lajim dipakai dalam present continous tense, seperti love, like, believe dsb.
Example : I believe you               bukan : I am believing  you
9.      Digunakan dalam anak kalimat (if clause) pada kalimat pengandaian (conditional sentence) tipe 1, sedangkan induk kalimat (main clause) berbentuk present future tense.
      Example : She will not come here if you do not invite her.
10.  Digunakan dalam klausa waktu apabila merupakan suatu hal yang rutin terjadi atau apabila induk kalimatnya berbentuk present future tense.
      Example : Rudi buy candies as soon as he gets money from his father
2.    Present Continous Tense
a.         Bentuk Tenses
(+) subject + to be + verb 1 + ing + object / adverb
     I        +   am   + verb 1 + ing + object / adverb
He, she, it  +    is    + verb 1 + ing + object / adverb
You, we, they + are + verb 1 + ing + object / adverb
I am reading english book now
She is playing football in the yard
We are shopping in Balaraja Mall
(-) Subject + to be + not + verb 1 + ing + object / adverb
We are not shopping in Balaraja Mall
(?) To be + subject + verb 1 + ing + object / adverb ?
Are they shopping in Balaraja Mall?

Penggunaan present continous tense:
1.      Digunakan untuk menyatakan peristiwa atau perbuatan yang sedang berlangsung pada saat bicara. Biasanya menggunakan kata keterangan seperti now, right, at the moment, at present.
      Example : My brothers are watching television now.
2.      Digunakan untuk menyatakan suatu peristiwa atau perbuatan yang terjadi atau dilakukan dimasa sekarang, tetapi tidak harus terjadi atau berlangsung pada saat bicara.
      Example : Mr. David is writing  a novel
3.      Digunakan untuk menyatakan suatu rencana yang sudah pasti akan dilakukan pada waktu dekat.
      Example : we are visiting him tonight.
4.      Digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan yang terjadi berulang-ulang atau perbuatan  yang sepertinya terus menerus terjadi. Biasanya menggunakan keterangan waktu seperti : always, continually, constanly, forever. Ini umumnya digunakan untuk menyatakan perasaan terganggu atau jengkel.
      Example : My grandfather is always losing his walking – stick









SIMPLE PRESENT AND PRESENT PROGRESSIVE
1.      Simple progressive
      Form
      (+) S + To Be + V1 +Ing +O /Adverb
      (-)  S + To Be + Not + V1 + Ing +O/Adverb
      (?) To Be + S + V1 +Ing + O/Adverb
      Biasanya dalam simple progressive terdapat kata keterangan seperti now, sometime, seldom.

2.      Simple present
      (+) S + To Be + V + s/es + O/Adverb
      (-) S + TO Be + Not + V + s/es +O/Adverb
      (?) To Be +S +V ?
      Do : I, You, We, They
      Does : He, She,It

            PAST  TIME
Forms of  the simple past
a.       Kalimat Nominal
      (+) Subject + To Be +Compliment
      (-) Subject +To Be + Not +Compiment
      (?) To Be + Subject + Compliment ?
      Keterangan : To Be :         a. was : I, he, she it
                                                b. Were : You, we, they.

b.      Kalimat Verbal
      (+) Subject + Verb 2 + Object/Adverb
      (-) Subject +Did not +Verb 1 + Object/Adverb
      (?) Did + Subject + Verb 1 + Object/Adverb
Keterangan:
a.       Apabila jawabannya pendek cukup “ Yes, I Did”
b.      Apabila jawabannya panjang, kalimatnya menggunakan Did tapi verbnya
      kembali ke verb 2.
c.       Pada kalimat positif, verbnya menggunakan verb 2, tapi apabila kalimatnya
      berbentuk negatif  dan pertanyaan verbnya kembali ke verb 1.

Penggunaan simple past tense
1.      Digunakan untuk menunjukan suatu peristiwa atau perbuatan yang terjadi atau dilakukan di masa lampau yang disebutkan waktu kejadiannya secara jelas.
      Example : she went to malang a week ago.
      Keterangan waktu yang sering digunakan antara lain : yesterday, last week, a week, month, year ago, this morning.
2.      Digunakan untuk menunjukan  peristiwa atau kejadian yang terjadi di masa lampau yang diketahui atau dinyatakan melalui pertanyaan mengenai waktu kejadiannya.
      Example : when did they visit you ?
3.      Dugunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang sudah jelas terjadi atau dilakukan dimasa lampau tetapi tidak disebutkan secara pasti waktu kejadian tersebut.
      Example : My uncle bought this house from a friend of my father.
4.      Untuk menyatakan suatu peristiwa yang waktu kejadiannya menjadi jelas atau bisa diketahui sebagai akibat dari pertanyaan dan jawaban yang dinyatakan dalam present perfect tense.
5.      Digunakan utuk menyatakan suatu peristiwa atau perbuatan yang dilakukan atau terjadi dimasa lampau yang tidak disebutkan secara jelas waktu kejadiannya tetapi kejadian tersebut waktunya berselang beberapa lama dari waktu diucapkannya peristiwa tersebut.
      Example : My sister worked for that company for ten years. (but she does not work there anymore novo)
6.      Digunakan untuk menyatakan untuk perbuatan yang dilakukan sebagai suatu kebiasaan dimasa lampau.
      Example : My brother never drank milk five years ago.
7.      Digunakan sebagai if clause (anak kalimat) dalam kalimat pengandaian tipe kedua (conditional sentence type 2). Sedangkan main clause (induk kalimat) berada dalam past future tense.
      Example : I would tell you if I knew it.






EXPRESSING PAST NABIT : USED TO
Used to expresses a past situation or habit that no longer exists at present.
Used to digunakan pada kalimat past tense.
Form
(+) Used to + the simple form of a verb
(-) Didn’t use to / never used to
(?) Did + subject + use to
Keteranagan : apabila kalimat past tense ada kata Did, berarti verbnya tidak
                         berbentuk past lagi, tetapi kembali kebentuk awal.
Example sentence used to
a.       (+) -    don used to smoke, but he doesn’t anymore
-          I used to live with my parents. Now I live in my own apartement
-          Ann used to be afraid of dogs, but now she likes dog.
b.      (-)  -    I didn’t use to drink coffe at breakfast
-          I never used to drink coffe at breakfast, but now I always have coffe in the morning. 
c.       (?) Did you use to live in paris ?