Sunday, April 24, 2011

artikel pemuda


Mencari karakter pemuda Indonesia; pemuda dahulu dan kontemporer, idealis or pragmatis?
oleh Endang iryani, direktur Institute For training and education

Tak terelakan memang kalau ada pribahasa yang mengatakan, pemuda adalah generasi penerus dan tulang punggung bangsa. Terbukti jelas ketika pra kemerdekaan tahun 1928, para pemuda Indonesia berhimpun dan merumuskan suatu nilai kesatuan sekaligus mencetuskan sifat patriotisme dan merumuskan nama suatu bangsa dalam satu kesatuan sumpah pemuda. Sumpah suci itu telah membuktikan bahwa pemuda benar sebagai tulang punggung bangsa. Saat suatu niatan terhimpun dan gelora darah muda meletus, dengan hitungan belasan tahun Indonesia pun meraih kebebasan dari imperialis.
Terlepas dari itu, perjalanan arah bangsa Indonesia yang hampir mengijak 62 tahun dalam usia kemerdekaannya, setengah lebih satu kebijakan politik dan pemerintahannya dihinggapi oleh suara pemuda. Runtuhnya orde lama yang diganti dengan orde baru dan orde baru tumbang diganti reformasi, semuanya hasil dari keringat, suara dan sumbangsih pemikiran pemuda, dan merupakan wujud pengabdian bangsa.
Partisipasi aktif ini, terbukti jelas ketika BPS pada tahun 1966 mendapatkan hasil dari penelitiannya tentang partisipasi penduduk terhadap pemerintah, bahwa 60 % dari kepedudukan Indonesia yang berpartisipasi aktif terhadap koridor pemerintah adalah pemuda. Persentase ini termasuk dari golongan mahasiswa, aktivis okp dan pemuda yang memiliki nilai nasionalis dan patriotis. Lalu pertanyaannya sekarang dimana dan seperti apa penghargaan bangsa terhadap pemuda? Menjadi menteri kah mereka yang telah berjuang! Atau mendapat kedudukan di KNPI yang merupakan badan representative pemuda Indonesia walaupun sumbangsihnya terhadap Negara tidak jelas. Terlalu naïf kalau dihargakan seperti itu.
Nilai idealis yang terkandung dalam jiwa pemuda adalah roh motivator sifat patriotis dan nasionalis. Mereka tidak pernah mengharapkan sesuatu apapun dari perjuangannya. Lihatlah para pemain bola timnas Indonesia, gagah berani mereka memperjuangkan nama bangsa di tiang ASEAN, tapi apa yang mereka dapat kini? Meskipun kalah dalam perjuangan. Imbalan?, tentunya bukan tapi nilai idealislah yang membangun mereka untuk berjuang mati-matian demi bangsa dan Negara.
Penulis sepakat, ketika Idrus Mahram menuliskan empat karakter nilai perjuangan pemuda dalam buku Andi Sinulingga, bahwa pertama orientasi dan perjuangan generasi muda senantiasa didasarkan pada idealisme, bukan pragmatisme. Kedua, generasi muda memiliki komitmen kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi. Ketiga, generasi muda yang telah menancapkan tonggak-tonggak sejarah tersebut, memiliki spirit rela berkorban dan solidaritas kemanusiaan yang tinggi. Dan keempat, generasi muda tersebut memiliki basis dan tradisi intelektualitas yang patut dicontoh dan dikembangkan.
Sekilas memang iya, kalau kita menyimak pemuda Indonesia di jaman pra kemerdekaan, pemuda memiliki sifat idealis dalam perjuangan.  Tapi apakah semuanya? Soekarno dan Hatta. Mereka pemuda Indonesia yang memperjuangkan bangsa tapi pada ujungnya mendominasi perjuanganya dengan mengklaim sebagai pengugat dan pencetus munculnya kemerdekaan, yang berujung pada pengambilan kedudukan dan jabatan. Sebuah idealiskah atau efek dari hasil perjuangan?.

Pemuda kontemporer
Pergerakan pemuda dalam perjalanan eranya, jelas memiliki peran yang berbeda. Pemuda pra kemerdekaan, mereka berjuang dengan mencucurkan pemikiran dan pengorbanan nyawa untuk melawan imperialis. Sedangkan pemuda kontemporer, mereka berjuang dengan mencucurkan pemikiran dan wacana politik untuk melawan kebijakan pemerintahan bangsa sendiri. Dua hal yang amat berbeda dalam peran, tapi satu fungsi yang sama yakni menjadi pengubah dan pembela bangsa.
Tapi apakah pemuda kontemporer memiliki sifat yang sama sebagaimana diterangkan diatas?, yang harus dikecamkan adalah, perjuangan pemuda dahulu jelas memiliki musuh yang nyata, berbeda dengan pemuda kontemporer. Mereka (pemuda kontemporer) harus melawan saudara mereka sendiri yang jelas bisa menumbangkan semangat juangnya dalam pencapaian kebenaran. Tidak sedikit memang, pemuda kontemporer dengan darah menyala dan menggebu-gebu harus tandas perjuangannya karena sogokan jabatan atau materil.
Sebuah apresiasi tinggi memang, ketika pemerintah membentuk suatu wadah pemuda yang menghimpun seluruh pemuda indonesia. Wadah pemuda yang menjadi tempat perjuangan pemuda Indonesia dalam menegakan system dan pelurusan demokrasi (KNPI). Tapi realitanya, kini hanya menjadi mobil untuk mencapai sebuah jabatan untuk kekuasaan. Sama sekali tidak pernah terlihat nyata sumbangsihnya terhadap Negara. Padahal wadah ini mendapatkan anggaran rutin dari Negara.
Seharusnya lembaga ini (KNPI) menjadi tempat perang pikiran wacana pemuda indonesia dalam penegakan kebenaran demokrasi bukan tempat peralihan menuju jabatan pemerintahan. Bukan dijadikan sebagai wadah pemanfaatan penggunaan masa dan kekuasaan. Mugkin selintas benar apa yang dikatakan oleh Mochtar Lubis tentang karakter orang indonesia, bahwa orang indonesia hiprokratis yang menuju asal abang seneng.
Semua ini berasal dari perubahan karakter pemuda indonesia dalam menghadapi perbedaan lapangannya dalam perjuangan. seharusnya apa yang dikatakan oleh Idrus Mahram harus selalu menempel dalam jiwa pemuda selalu, baik pemuda pra kemerdekaan ataupun pemuda kontemporer.

Tugas siapakah ini?
Berbicara tanggung jawab, berarti bicara pembinaan. lalu siapa yang terlibat dalam pembinaan pemuda indonesia? tentunya adalah seluruh element bangsa, dari pemerintahan yang diwakili oleh Menpora dan tokoh bangsa yang dinilai cukup untuk ikut andil.
kebijakan lembaga pemerintahan yang saat ini diwakili oleh Menpora, yang seharusnya menjadi ikon terhadap pembinaan pemuda. Mereka yang terlibat dalam lembaga ini harus memperjuangkan anggaran pemuda yang kini sangat minim dibandingkan dengan anggaran lain. beda jauh dengan negara lain, bahkan Malasyia memiliki anggaran yang lebih besar dari pada indonesia dalam pembinaan pemudanya.
Terlepas dari itu, manajemen dan kontrolling terhadap lembaga pemuda (KNPI), harus dibawah naungan langsung Menpora secara intens. bukan dalam penyaluran dana saja. tapi juga harus dalam segala hal, dari kepemimpinan sampai perjalanan program. sepak bola kasusnya, harusnya Menpora memiliki kontrolling terhadap PSSi tentang manajemennya. sungguha hal yang sangat diluar rasionalitas. irak, sebuah negara yang sampai detik ini masih kacau dalam manajemen pemerintahannya tapi mampu membawa negaranya menjadi pemenang Asean Cup. ini sebuah hal yang harus benar-benar dievaluasi oleh Menpora. dengan jumlah penduduk yang amat melimpah, mustahil bangsa indonesia tidak mempunyai pemain bola yang handal, atau karena manajemen PSSI nya? semua itu harus disolusikan tentunya oleh Menpora. 

No comments:

Post a Comment